Karya

Tulisan dan portofolio

Selasa, 13 Agustus 2013

Resensi Buku Follow Your Passion

Posted by Winni Nur Aina On 10.06 1 comment


IDENTITAS BUKU

Judul Buku      : Follow Your Passion
Penulis             : Muadzin F. Jihad
Penerbit           : Transmedia
Tempat terbit   : Ciganjur, Jakarta
Cetakan           : Cetakan pertama, 2012
Tebal               : 216 halaman
Harga              : Rp 40.000,00

RESUME BUKU
Latar Belakang Kehidupan
Muadzin F. Jihad adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ia lahir dan dibesarkan di Jakarta, dalam keluarga yang biasa saja. Ayahnya seorang pekerja  keras. Orang yang lurus dan berpedidikan teguh. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang berhati tegar dan penyabar.
Dari SD hingga SMA Muadzin bersekolah di sekolah negeri. Semua berdekatan jaraknya dengan rumahnya di bilangan Tebet sehingga dia cukup berjalan kaki, dan tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi. Ia pun tidak pernah dibekali uang jajan. Ia hanya diberi uang jajan jika di hari itu ada pelajaran olah raga. Itupun hanya cukup untuk membeli segelas air minum dingin. Untuk biaya sekolah, beruntung dia dan beberapa saudaranya mendapatkan beasiswa bebas SPP sebab Ayah mereka adalah anggota veteran RI.
Hebatnya, dari keluarga yang “berkecukupan” ini, Muadzin dan semua kakak-adiknya berhasil di kehidupannnya masing-masing. Semuanya merupakan sarjana lulusan perguruan tinggi negeri. Karena Ayahnya memberikan pilihan: kuliah di PTN atau tidak kuliah sama sekali. Muadzin sendiri merupakan lulusan dari Jurusan Teknik Elektro UI. Ia juga sempat bekerja paruh waktu menjadi seorang penyiar di radio MS TRI 104,2 FM demi mendapatkan uang tambahan.
Saat kuliah Muadzin amat menyukai mata kuliah Sistem Kontrol dan setelah lulus kuliah ia bekerja pada bidang kesukaannya. Pesan moralnya: kita tidak perlu menguasai semua mata kuliah, tetapi kuasailah yang kita sukai, dan yang akan kita jadikan dasar dalam pekerjaan. Setelah dua tahun bekerja, ia menikahi seorang wanita. Dengan akad nikah yang sederhana, tanpa undangan, tanpa resepsi, dan lain-lain. Karena tidak ada biaya untuk itu semua, masih banyak yang lebih penting untuk dibiayai.

Awal Mula Usaha
Sebenarnya cita-cita Muadzin setelah lulus kuliah adalah membuka usaha sendiri. Namun karena ia sudah terlanjur diterima bekerja di perusahaan asing yang merupakan hal yang didambakan oleh teman-teman alumni kampusnya, dengan gaji besar, benefit banyak, ada asuransi kesehatan, hari tua terjamin, dan keuntungan lainnya. Jadi terpaksa ia menjadi karyawan, sambil mengumpulkan modal untuk usaha.
Akibat minimnya pengetahuan dalam mengelola keuangan, Muadzin pernah melakukan keccerobohan. Yaitu terjebak dengan banyak kartu kredit. Jadi, boro-boro mengumpulkan modal untuk buka usaha, untuk membayar kartu kredit saja uangnya sudah habis. Oleh karena itu, setelah satu tahun bekerja, ia mulai mencoba usaha sampingan. Mulai dari menjual sepatu, gula, rempeyek, hingga sembako.
Muadzin juga sempat mencicipi dunia MLM (Multi Level Marketing). Namun tidak berlangsung lama, karena alasan kepindahan tempat tinggal dan alasan-alasan lainnya. Dan itu membuatnya bagai hidup tanpa impian, tanpa tujuan. Hidup bagai zombie. Hidup raganya, tetapi mati hatinya.
Banyak yang bilang bahwa ia Cuma buang-buang waktu ketika terjuan ke bisnis MLM. Namun menurutnya justru karena MLM-lah maka bisnisnya bisa berkembang lumayan cepat. Itu karena akar karakter untuk menopang pohon bisnis saat ini ditumpuhkan dan dikuatkan ketika menjalani bisnis MLM. Dan, proses pengembangan karakter ini adalah proses ang berkesinambungan.
Suatu hari, saat Muadzin dan istrinya pulang dari Bali. Ia merasa ada suatu perasaan yang menggelitik hatinya. Perasaan di mana ia mempunyai impian tetapi belum tercapai, gundah. Untuk mengobati  kegundahan itu ia mendatangi guru spiritualnya dan diberi saran. Setelah mengitu saran-saran gurunya, ia mendapat hidayah. Sebuah petunjuk yang mengantarkannya pada cita-citanya. Yaitu sebuah iklan tentang seminar entrepreneur. Dari situlah ia dan istrinya mengikuti training kewirausahaan.
Baru empat kali mengikuti pelatihan entepreneur mereka langsung action. Dengan modal berupa pinjaman uang dari bank, Muadzin dan istrinya menyewa dua ruko sekaligus untuk usaha laundry dan kuliner bakso serta membuka salon. Kemudian Muadzin bertemu dengan teman SMP nya di facebook dan diajak untuk bergabung di komunitas Tangan Di Atas (TDA) sehingga muncullah ide untuk membuat booth yang menjual kopi blend.

Kesuksesan
Pada tanggal 20 Juni 2009, Semerbak Coffe – nama brand usahanya – pun diluncurkan, dengan odal patungan sebesar Rp3,6 juta. Bisnis yang kelihatannya kecil ini mulai berkembang, karena dari awal mereka sudah berpikir besar. Tidak hanya membangun bisnis tapi juga menjual bisnis. Beberapa bulan kemudian, mereka luncurkan kemitraan. hingga saat ini, Semerbak coffee memiliki 430 outlet di 80 kota di seluruh Indonesia. Sementara usaha-usaha yang dijalaninya sebelum membuka semerbak Coffee tutup, kecuali laundry.
Konsep usaha yang di usung memang baru sebatas model booth-take away. Target ke depan, akan meningkat ke planning berikutnya untuk memperkenalkan model kafe. Demi menciptakan kenyamanan bagi para pelanggan Semerbak Coffee itu sendiri.
Dibalik kesuksesan ternyata terdapat banyak kesulitan yang pernah dihadapi oleh Muadzin. Dimulai dari berurusan dengan Debt Collector suatu bank asing yang menawarkan kredit tanpa agunan (KTA) dengan bunga yang tinggi sekali, 35-40% per tahun. Alasan meminjam modal usaha ke salah satu bank asing tersebut adalah sulitnya miminjam modal usaha ke bank lain karena syaratnya menggunakan agunan. Sedangkan rumah yang ditempatinya masih dalam cicilan KPR, jelas tidak bisa digunakan untuk agunan. Prosesnya sangat cepat.
Dengan modal KTA tersebut Muadzin dan istrinya  berhasil membuka dua usaha franchise. Istrinya membuka salon dan memiliki dua cabang. Sedangkan Muadzin sendiri mendirikan Semerbak Coffee. Dan ternyata prediksi di atas kertas kadang-kadang berbeda dengan kenyataan di lapangan. Akibat satu dan lain hal, semua bisnis terpaksa ditutup karena merugi. Kecuali bisnis laundry dan Semerbak Coffee, yang semakin berkembang, yang bertahan. Masalah ini sangat berpengaruh pada pembayaran cicilan KTA yg ia ambil. Kalau dihitung jumlah utang yang harus dilunasinya sudah ditambah dengan bunga totalnya hampir dua kali lipat dari Rp300 juta.
Untuk membayar itu, Muadzin dibantu oleh jasa perantara pengurusan kredit macet untuk kartu kredit dan KTA. Bulan pertama telat membayar Muadzin mulai mendapat teror telepon dari bank-bank tempat ia meminjam modal usaha, kata-kata dan intonasi yang disampaikan masih dalam batas wajar. Namun, bulan berikutnya bahasa yang mereka gunakan semakin keras dan kasar, bahkan berupa makian serta kata-kata kotor. Dan yang paling kurang ajar, debt collector itu menelpon orang tua Muadzin yang sebenarnya tidak tahu apa-apa.
Tidak berhasil lewat telepon, mereka mulai mengutus orang untuk datang ke rumah atau ke kantor. Sampai-sampai di depan teras rumahnya mulai sering terjadi dialog (ngoto-ngotoan tepatnya) antara Muadzin dan debt collector.
Dari keuntungan usaha Semerbak Coffee di tahun itu ternyata Muadzin bisa melunasi dua dari lima KTA. Dan akhirnya pada akhir April 2012, Muadzin berhasil membayar lunas KTA yang terakhir.

Setelah setahun resign dan menjadi full time enterpreneur. Waktunya tidak banyak tersita, ia bisa melakukan banyak hal, yang tadinya tidak bisa ia lakukan sebagai karyawan. Ia lebih bisa fokus dalam mengembangkan dan mengeloloa Semerbak Coffe bersama partnernya. Ia pun bisa menyisihkan waktu untuk mengatur waktu untuk aktif di komunitas Tangan di Atas, terjun di kepanitiaan Pesta Wirausaha, dan bisa bantu-bantu menjadi mentor bisnis di Kelompok Mentoring Bisnis TDA wilayah Depok. Dan bisa meluangkan banyak waktu bersama keluarga tentunya.
Itulah sebabnya mengapa ia memutuskan untuk resign dan menjadi enterpreneur. Ia ingin mengabdikan hidup yang berharga untuk mengikuti kata hatinya. Mengikuti passion dan mengejar mimpinya.
Menurutnya, waktu kita terbatas, sungguh sayag jika hidup kita hanya dihabiskan unutuk kehidupan dan impian orang lain. Buatlah kehidupan kita sendiri. Jangan biarkan pendapatan sekitar kita menulaikan kita dan endengan inner voce dan intuisi kita. Karena suara hati kitalah yang tahu, akan menjadi apa kita sejatinya.

1 komentar:

Terimakasih kak. Informasi nya sangat bermanfaat

Posting Komentar